Aplikasi BCR Dalam Pemilihan Alternatif Strategi

Pemilihan alternative dalam kaitan dengan strategi dapat menggunakan analisis BCR (Benefit Cost Ratio). Perubahan distribusi anggaran ternyata dapat memberikan pengaruh cukup signifikan terhadap nilai ratio yang dihasilkan. Sebagai gambaran adalah contoh data ilustrasi anggaran alokasi anggaran pertahanan untuk TNI AL saja untuk tahun anggaran 2005 sebesar Rp.4.961.284.860.000,- yang distribusinya selain belanja pegawai adalah sebesar Rp.315.315.086.000,- untuk pengadaan alut dan suku cadang, Rp.116.293.253.000,- untuk biaya pemeliharaan dan biaya penelitian dan pengembangan sebesar Rp.2.500.000.000,-. Dari uraian data di atas dapat dilihat bahwa fokus alokasi anggaran ada pada pengadaan dengan biaya penelitian pengembangan yang sangat minim dengan rasio 126,126%, suatu nilai rasio yang sangat tinggi. Dengan anggaran tersebut dituntut untuk menghasilkan kesiapan alutsista dan operasional memberikan kontribusi terhadap penyelamatan kerugian negara dari transnational crime yang secara akumulatif pertahun dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :

Tahun                   Jumlah Kerugian Negara Yang Diselamatkan
2005                                      2.237.287.488.000,-
2006                                      1.887.937.267.000,-
2007                                      1.576.837.267.000,-
2008                                      1.276.672.878.000,-

Demikian pula sesuai dengan perencanaan anggaran pengadaan alutsista telah dianggarkan untuk pembelian sejumlah kapal korvet dan LPD serta pesawat patrol maritime dan tank-tank amphibi dialokasikan anggaran sebesar kurang lebih 15 trilyun rupiah.Dengan mengasumsikan bahwa tidak terjadi perubahan signifikan dalam hal kemampuan perekonomian dan kebijakan terhadap pertahanan maka perubahan terhadap anggaran belanja untuk pertahanan pun tidak mengalami perubahan yang signifikan sehingga dapat diasumsikan alokasi anggaran dalam hal ini untuk TNI AL dapat dikatakan tetap. Demikian diasumsikan pula nilai bunga tetap sebesar 7%.
Dari informasi alokasi anggaran di atas kemudian dapat dilakukan analisis untuk menentukan nilai BCR (Benefit Cost Ratio). Dalam mencari BCR ini dibedakan ke dalam 2 bagian utama yaitu menghitung benefit dan menghitung cost yang dikeluarkan untuk kemudian diperbandingkan. Untuk mencapai kesamaan nilai uang maka dilakukan perhitungan nilai uang pada masa sekarang (present value of money).
Perincian perhitungan sebagai berikut :

1. Benefit yang diperoleh adalah dengan menjumlahkan nilai kerugian yang dapat diselamatkan yang diperhitungkan semua ke dalam tahun 2005 dengan perhitungan sebagai berikut :
PV(Present Value) = (F/P;7%;0)+ (F/P;7%;1)+ (F/P;7%;2)+ (F/P;7%;3)
= (2.237.287.488.000;7%;0)+( 1.887.937.267.000;7%;1)
+(1.576.837.267.000;7%;2)+(1.276.672.878.000;7%;3)
= (2.237.287.488.000X1)+( 1.887.937.267.000X0,87344)
+(1.576.837.267.000X0,8163)+(1.276.672.878.000X0,76290)
= 12237287488000+1648999926488.48+
1287172261052.1+973973738626.2
= Rp. 16.147.433.414.166.3
Ini merupakan nilai profit yang di dapat dari hasil alokasi anggaran dari tahun 2005 sampai dengan 2008.

2. Cost yang diperoleh adalah total biaya yang dibutuhkan untuk pemenuhan kebutuhan alutsista operasional dan suku cadangnya dengan perhitungan sebagai berikut :
Cost = Nilai investasi awal + Nilai Pengadaan+Nilai pemeliharaan+biaya litbang
= Nilai investasi awal + Total nilai annual untuk ada, har dan litbang
= P0 + (A/P;7%;4)
= 15.000.000.000.000 + 434.108.339.000X3,3872
= 15.000.000.000.000 +1.470.411.765.860.8
= Rp.16.470.411.765.860.8

3. Nilai BCR yang dimiliki adalah Rp. 16.147.433.414.166.3/ Rp.16.470.411.765.860.8 sebesar 0.98
Nilai BCR sebesar 0,98 menunjukkan bahwa sebenarnya alokasi anggaran tersebut kurang tepat karena cost yang diihasilkan lebih besar dari benefit yang diperoleh.

Sebagai pembanding adalah strategi pengembangan teknologi mandiri yang dikombinasikan dengan pengadaan alutsista yang ada yaitu dengan mereduksi jumlah alutsista yang dibeli dan dilakukan peningkatan jumlah anggaran untuk penelitian dan pengembangan dan kombinasi pengadaan suku cadang dan pemeliharaan rutin.
Alokasi investasi awal pengadaan alutsista dikurangi sebesar 10 trilyun rupiah dan dialihkan 5 trilyun rupiah untuk biaya tahunan pemeliharaan masing2 tahun untuk jangka waktu 4 tahun ke depan sebesar 1,25 trilyun rupiah.
Dari strategi di atas selanjutnya dilakukan hal yang sama untuk memperhitungkan BCRnya. Benefit yang diperoleh diasumsikan sama, namun cost yang ditimbulkan perlu diperhitungkan ulang karena adanya distribusi investasi awal untuk digunakan sebagai biaya rutin penelitian dan pengembangan.
Perhitungan cost untuk strategi kedua adalah sebagai berikut :
Cost = Nilai investasi awal + Nilai Pengadaan+Nilai pemeliharaan+biaya litbang
= Nilai investasi awal + Total nilai annual untuk ada, har dan litbang
= P0 + (A/P;7%;4)
= 10.000.000.000.000 + 1.6834.108.339.000X3,3872
= 10.000.000.000.000 + 5.704.411.765.860.8
= Rp. 15.704.411.765.860.8

Dari hasil diatas selanjutnya dihitung BCR dengan hasil
BCR = Rp. 16.147.433.414.166.3/15.704.411.765.860.8 = 1,028
Hasil perhitungan BCR menunjukkan rasio lebih besar dari 1 (satu) yaitu sebesar 1,028 sehingga menunjukkan nilai benefit lebih dominan dibanding cost yang dihasilkan sehingga alternative ini akan lebih menguntungkan. Kondisi ini belum diperhitungkan dalam jangka panjang dimana dengan kemampuan untuk melakukan produksi kebutuhan alutsista sendiri akan melepas ketergantungan pada negara lain dan di lain sisi akan mengurangi biaya investasi berupa pembelian alutsista dari luar negeri yang sudah tentu akan jauh lebih mahal dibanding dengan pengadaan alutsista sendiri. Selanjutnya efek domino akan terjadi dengan kesiapan alutsista dengan biaya yang setara dengan pengadaan alutsista dari luar negeri akan mampu menghasilkan jumlah alutsista yang lebih banyak dari produksi dalam negeri sehingga jumlah kerugian negara yang dapat diselamatkan akan meningkat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tinjauan Serangan Pearl Harbour

Implementasi Pemberdayaan Wilayah Pertahanan laut di Wilayah Kerja koarmabar Guna Mendukung Pertahanan dan Keamanan Nasional Dalam Rangka Mewujudkan Poros Maritim Dunia

Tinjauan Konflik Serbia-Kosovo