Pembangunan Sistem Deteksi Radar Guna mendukung Pengamanan ALKI - I



1.         Pendahuluan
Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada pada posisi strategis antara dua benua dan samudera yang membawa dampak positif dan negatif sebagai konsekuensi menjadi bagian dari SLOT/SLOC dunia. Banyak kepentingan negara-negara tersebut akan berhubungan dengan keberadaan Indonesia sehingga dinamika hubungan internasional dalam konteks bilateral dan multilateral akan memiliki pengaruh dan dampak terhadap kedaulatan Indonesia sendiri baik secara langsung maupun tidak langsung.
Berbagai kepentingan yang terkait dengan posisi geografis Indonesia ini secara umum berkaitan dengan keamanan SLOT/SLOC yang melalui perairan yurisdiksi nasional Indonesia. Kepentingan negara-negara tersebut bersinggungan dengan kepentingan penegakan kedaulatan NKRI sehingga kemudian Indonesia menentukan alur laut kepulauan yang dapat digunakan oleh kapal-kapal yang membawa kepentingan negara-negara tersebut untuk mendapatkan hak lintas transit sebagaimana ditetapkan dalam UNCLOS 1982.
Konsekuensi logis lain yang harus dihadapi Indonesia adalah Indonesia harus mampu memberikan jaminan keamanan bagi implementasi hak lintas damai, lintas transit, atau hak lintas transit di perairan yurisdiksi nasional Indonesia.Untuk itu maka Indonesia telah menyediakan ALKI sebagai pelaksanaan kewajiban sebagaimana ditetapkan dalam UNCLOS. Hal ini menjadi tantangan besar dengan dinamika ancaman yang potensial terjadi di wilayah perairan yurisdiksi nasional khususnya yang berkaitan dengan perompakan atau pembajakan dan terorisme maritim.
Indonesia mensikapi hal ini dengan melakukan gelar operasi di beberapa wilayah perairan yang memiliki tingkat ancaman tertinggi seperti di Selat Malaka, Selat Singapura, dan ALKI. Hasil operasi yang dilakukan menunjukkan adanya penurunan kejahatan atau kriminalitas yang terjadi di kedua selat tersebut. Keberhasilan ini menjadi contoh untuk mengamankan alur laut kepulauan lainnya khususnya ALKI – I yang berada di wilayah kerja Koarmabar. Meskipun demikian terdapat beberapa kendala yang menjadi faktor penghambat seperti keterbatasan alutsista baik jumlah dan kemampuan yang sesuai untuk menghadapi potensi ancaman tersebut.
Salah satu elemen yang sangat penting dalam kegiatan operasi pengamanan laut adalah kemampuan deteksi. Luas wilayah perairan sangat sulit untuk dapat dikover dengan sekedar kehadiran kapal patroli yang bergerak karena keterbatasan endurance dan jangkauan sapuan radar. Dalam kondisi ini maka proses OODA loops menjadi terhambat atau bahkan terputus sehingga banyak potensi kejadian pelanggaran yang tidak dapat ditindak lanjuti. Hal ini menimbulkan dampak pada strategi penangkalan karena melemahkan salah satu unsur penangkalan yaitu kredibilitas.

Kredibilitas yang menurun dihadapkan dengan keterbatasan dalam kapabilitas dan rendahnya komunikasi penyampaian intensi dalam rangka penegakkan hukum dan kedaulatan negara di laut membawa implikasi pada lemahnya strategi penangkalan sehingga dapat mengakibatkan potensi peningkatan berbagai ancaman terhadap keamanan dan kedaulatan negara di laut.
Dalam rangka melaksanakan pengawasan terhadap wilayah perairan maka dibutuhkan implementasi siklus OODA (OODA loops). Salah satu elemen penting didalamnya adalah observasi atau pengamatan yang membutuhkan platform deteksi. Deteksi yang ada saat ini adalah deteksi dari kapal permukaan dan pesawat yang masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan. Kelemahan deteksi dari kapal permukaan adalah jarak deteksi karena terbentuknya radar horizon yang bergantung pada ketinggian antenna pemancar radar. Sedangkan kelemahan deteksi pesawat adalah endurance atau dayatahan operasi yang terbatas dan pengaruh cuaca yang signifikan dalam pengoperasiannya. Keunggulan deteksi dari kapal permukaan adalah kemampuan untuk langsung melakukan orientasi, direksi, dan aksi terhadap ancaman yang muncul sedangkan keunggulan deteksi pesawat adalah jarak jangkau deteksi yang sangat jauh lebih baik.
Indonesia memiliki 17.900 pulau yang 2000 diantaranya tidak berpenghuni. Di sepanjang ALKI terdapat pulau-pulau yang tidak berpenghuni namun posisinya cukup strategis untuk melaksanakan pengamatan lalu lintas di ALKI. Pembangunan sistem deteksi radar yang meliputi coastal surveillance radar dan sea based radar merupakan salah satu solusi untuk menutupi keterbatasan kemampuan deteksi dari kapal dan pesawat udara. Meskipun radar ini juga memiliki jangkauan yang terbatas sebagaimana yang dialami radar kapal permukaan. Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana mengoptimalkan pembangunan dan operasionalisasi radar tersebut dihadapkan dengan berbagai faktor pendorong dan faktor penghambat dalam pelaksanaan pembangunan tersebut.

2.         Faktor-Faktor yang mempengaruhi
Sebagaimana diuraikan pada bagian permasalahan diatas maka faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembangunan sistem radar pantai meliputi 2 aspek utama yaitu faktor pendorong dan faktor penghambat pembangunan sistem deteksi radar pantai.
Faktor pendorong antara lain :
a.          Kondisi geografis kepulauan. Banyaknya pulau yang ada dapat dimanfaatkan untuk menempatkan radar pantai untuk melakukan pengamatan pada jarak maksimum deteksi yang memungkinkan.
b.          Peningkatan kemampuan deteksi. Keterbatasan kuantitas alusista untuk melaksanakan deteksi seperti kapal permukaan dan pesawat dihadapkan dengan luas area penyapuan menyebabkan diperlukannya alternatif platform untuk mempertahankan atau meningkatkan kemampuan deteksi.
c.          Efisiensi penggunaan alutsista penindak. Keterbatasan dukungan menyebabkan perlunya perubahan pola operasi dengan menempatkan kapal pada posisi tunggu dan bergerak bila radar pantai mendeteksi adanya aktifitas yang mencurigakan disekitar perairan dalam jangkauan deteksinya.
d.          Intensitas aktifitas. Peningkatan perdagangan dan komunikasi melalui laut meningkatkan aktifitas pelayaran, eksplorasi dan eksploitasi laut sehingga menimbulkan preferensi aktifitas illegal dari actor yang tidak bertanggungjawab untuk mendapatkan keuntungan.

Faktor penghambat antara lain :
a.          Pengawakan. Radar pantai membutuhkan operator untuk mengoperasikannya baik sebagai operator radar maupun untuk melakukan perawatan. Dengan pola operasi jaga dan pola perawatan maka dibutuhkan satu tim pengawak yang terdiri atas 5-6 orang untuk mengawakinya.
b.          Sumber daya. Pengoperasian radar membutuhkan tenaga listrik untuk menggerakkan radar dan menghidupkan peralatan monitor sehingga dibutuhkan generator atau pembangkit daya listrik dengan bahan bakar yang cukup banyak untuk operasionalisasi dalam satu periode waktu.
c.          Kontrol dan monitoring. Platform radar hanyalah sebuah alat yang hanya dapat berfungsi baik apabila terdapat sistem kendali dan control yang canggih dan terhubung dalam suatu sistem jaringan kerja yang luas dan membutuhkan biaya pengadaan yang cukup besar.
d.          Isolasi. Banyak pulau yang tersedia untuk menjadi lokasi pemasangan radar namun kebanyakan merupakan pulau tidak berpenghuni atau berada dipantai yang terpencil sehingga menyulitkan dalam pengawakan dan penyediaan sumber daya energy untuk pengoperasiannya.

3.         Konsep Operasionalisasi Radar Pantai dan Sea Based Radar
a.          Jarak Deteksi. Jarak deteksi radar radar dipengaruhi oleh teori propagasi gelombang elektromagnetik sehingga perhitungan jarak deteksi bergantung pada ketinggian antenna dan ketinggian sasaran. Rumus jarak deteksi adalah :

Dengan asumsi ketinggian kapal terendah adalah 4 meter dan ketinggian aman peralatan radar 50 meter, maka jarak deteksi yang dapat dicapai adalah …nm dengan luas area cakupan sebesar ,,,nm2. Untuk dapat mengkover …nm2 maka secara mudah dibutuhkan radar sejumlah  buah radar.

b.          Sumber daya (Energi). Energi untuk tenaga penggerak radar sangat dibutuhkan. Penggunaan sumber energi fosil menyebabkan pertimbangan tempat penyimpanan dan dan transportasi dukungan logistik. Hal ini mungkin membutuhkan biaya instalasi yang ringan namun membutuhkan biaya operasional yang besar terkait dengan biaya penyimpanan dan transportasi. Alternatif yang dapat digunakan adalah menggunakan solar cell yang meskipun biaya instalasi tinggi namun memiliki biaya operasional yang rendah dan mampu memberikan energy dalam jangka panjang.

c.          Kontrol. Sistem control saat yang umum digunakan adalah dengan menggunakan gelombang radio dengan frekuensi HF yang sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca. Teknologi satelit memungkinkan pengendalian jarak jauh yang lebih akurat dan cepat. Kombinasi keduanya menjadikan alat yang cukup canggih dengan salah satu sebagai sistem cadangan.

d.          Pemilihan lokasi. Dengan luas wilayah yang besar maka dibutuhkan penentuan lokasi. Lokasi dapat memanfaatkan pulau kecil atau daratan pulau besar sebagai tempat untuk menempatkan radar pantai atau dengan menggunakan sea based radar atau radar apung pada lokasi strategis. Radar apung ini ditempatkan pada platform apung yang bisa memiliki penggerak sendiri atau tidak (ditunda) dan dapat ditempatkan pada daerah atau lokasi kosong yang tidak terjangkau oleh radar pantai.

e.          Pemanfaatan.  Eksistensi radar pantai atau sea based radar sangat efektif dan efisien dalam upaya untuk melakukan pengamatan wilayah perairan dalam rangka mendukung strategi fleet in being dalam bentuk pola gelar operasi yang efektif dan efisien dengan menempatkan kapal permukaan sebagai alat penindakan yang bergerak hanya bila terdapat sasaran yang diduga melakukan pelanggaran hukum dan kedaulatan.

4.         Tantangan.
a.          Kebijakan. Kebijakan poros maritim yang dicanangkan pemerintah merupakan langkah awal yang sangat mendukung pembangunan maritim dalam berbagai aspek termasuk sistem monitoring yang didalamnya tentu saja berkaitan dengan penggunaan platform, radar dan satelit untuk mengamati, mendeteksi dan mengenali sasaran dalam rangka penegakan hukum dan kedaulatan di laut.

b.          Teknologi. Sistem monitoring merupakan sistem yang berteknologi tinggi sehingga penguasaan teknologi merupakan keniscayaan. Tentu saja dibutuhkan investasi yang besar baik yang berkaitan dengan instalasi sistem maupun penguasaan teknologinya sehingga memungkin dilakukan pengembangan yang lebih baik.

c.          Anggaran. Investasi yang besar karena teknologi tinggi ini tentu saja membutuhkan alokasi anggaran secara khusus yang mungkin cukup besar sehingga berpengaruh terhadap rencana penggunaan anggaran untuk kebutuhan pengadaan alutsista lainnya. Perhitungan trade off perlu dilakukan dengan akurat untuk dapat memberikan gambaran efektifitas dan efisiensi masing-masing alternative sehingga menjamin ketepatan dalam pengambilan keputusan.

d.          Penelitian dan pengembangan. Teknologi merupakan entitas yang selalu berkembang sehingga untuk dapat menjamin keunggulan peralatan dan meningkatkan pemanfaatannya maka diperlukan proses penelitian dan pengembangan yang berkesinambungan dan berkelanjutan. Investasi yang cukup besar diperlukan dalam mendukung bidang penelitian dan pengembangan sehingga menjadi tantangan bagi pengambil keputusan dalam mengeluarkan kebijakannya.

5.         Penutup
Keamanan ALKI harus mendapat perhatian negara sebagai konsekuensi atas pengakuan UNCLOS 82, dan TNI AL sebagai komponen utama pertahanan negara bersama dengan komponen lainnya memiliki tanggung jawab untuk menjamin keamanan ALKI tersebut. Dalam pengamanan ALKI, salah satu kegiatan yang sangat penting adalah pengamatan atau observasi yang dilakukan untuk mendeteksi eksistensi pelanggaran hukum dan kedaulatan negara di ALKI.
Luasnya ALKI dan keterbatasan sarana prasarana deteksi seperti kapal permukaan dan pesawat menjadi salah satu penghambat yang signifikan dalam pelaksanaan operasi keamanan di ALKI I. Pembangunan radar pantai sendiri masih mengalami berbagai kendala atau hambatan yang disebabkan oleh faktor pengawakan, sumber energi, kontrol, dan lokasi yang terisolasi dari radar pantai atau sea based radar.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah meminimalisir kendala pembangunan radar pantai ini dan meningkatkan kemampuan deteksi dengan pembangunan sea based radar serta membangun sistem jaringan deteksi yang canggih. Sistem jaringan deteksi yang dimaksud adalah sistem yang diintegrasikan berbagai sistem deteksi yang dimiliki dan mengembangkan sistem otomatisasi deteksi untuk monitoring serta penggunaan solar cell sebagai sumber energy.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tinjauan Serangan Pearl Harbour

Implementasi Pemberdayaan Wilayah Pertahanan laut di Wilayah Kerja koarmabar Guna Mendukung Pertahanan dan Keamanan Nasional Dalam Rangka Mewujudkan Poros Maritim Dunia

Tinjauan Konflik Serbia-Kosovo